Tugas-6-Manusia Makhluk Belajar-MPKAgamaIslam
MANUSIA MAKHLUK BELAJAR
6.1 Manusia Makhluk
Belajar
Kelebihan manusia disbanding makhluk
Allah lainnya adalah akalnya. Dengan kemampuan akal manusia dapat mengubah dan
memperbaiki dirinya sendiri.
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ
سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan[768] yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia”. (Q.S. Ar-Ra’d, 13: 11)
Posisi manusia sebagai mahluk Allah swt yang
diberi kesempatan khusus untuk menentukan perubahan dirinya, dilengkapi dengan
banyak kemampuan, di antaranya fleksibilitas adaptasi terhadap lingkungan, yang
sekaligus menjadi kelebihan serta kekurangannya. Manusialah yang kemudian
membangun sekaligus merusak Bumi karena keberakalannya. Mereka merespon
lingkungannya. Dan, bahkan, mereka “mengakali” lingkungannya.
Sebagai bekal yang disiapkan untuk menjalani peran
sebagai mahluk belajar, Allah swt telah melengkapi kemampuan manusia untuk bisa
memahami dan mengelola memori tentang nama-nama yang terkait dengan seluruh
benda yang ada di lingkungannya. Pembelajaran meniru, sebagai sunnatullah yang
menjadi ciri manusia, bisa dimanfaatkan secara positif sebagai modal kekayaan
potensi pengembangan diri bagi manusia.
6.2 Konsep Pendidikan
yang Islami
Dalam satu hadits yang populer, Nabi Muhammad saw
bersabda: “Ketika telah sampai ajal kepada semua manusia, terputuslah semua
ikatan amal dunia, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah; ilmu yang bermanfaat;
atau anak shalih yang mendo’akan kedua orang tuanya”. Konsep pendidikan yang
Islami di antaranya terkait dengan penyadaran tentang tiga hal tadi. Dinul
Islam dalam berbagai konsepnya telah menetapkan bahwa masa kecil adalah masa
subur sebagai masa belajar bagi manusia. Ada kalimat hikmah yang menarik sebagai
bahan renungan: “Atta’allum fi-ashshighar ka-annaqshi ala-alhajar”
(pembelajaran pada masa kecil seperti memahat di atas permukaan batu). Sejak
kecil anak-anak dikondisikan belajar melakukan hal-hal yang baik, yang sejalan
dengan nilai-nilai syari’at.
Pendidikan tentang hukum dasar harus disampaikan secara
benar dan lengkap, tanpa penyimpangan. Kekacauan konsep akan tertanam lama di
dalam pengalaman anak, yang akan menjadi bekal pengetahuan hingga dewasa. Sebagai contoh, hasil penelitian menunjukkan kenyataan
bahwa masih banyak mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Quran secara benar.
kondisi kemampuan membaca para mahasiswa menunjukkan bahwa hasil pendidikan di
tingkat yang lebih rendah, belum bisa menghasilkan mahasiswa yang lancar
membaca AlQuran secara merata.
6.3 Kewajiban Belajar
bagi Muslimin dan Muslimat
“Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli
muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu merupakan suatu kewajiban (fariidhah)
bagi muslimin dan muslimat”. Mencari ilmu itu adalah perbuatan wajib, fariidhah.
Karena dalam hadits Nabi saw tadi, tidak ada pembatas, siapa yang terkena
kewajiban mencari ilmu itu, laki-laki atau perempuan yang mengaku Islam sebagai
tuntunan hidup. Allah swt berikan kepada mereka ilmuNya. Tak ada batasan harus
beriman baru akan mendapatkan ilmu Allah swt.
Perhatikanlah isi beberapa hadits Nabi saw yang bertalian
dengan kebijaksanaan sikap dalam mencari ilmu:
· “Ambillah ilmu
itu sekalipun datangnya dari mulut binatang” (intinya, pelajari juga masalah
yang muncul di sekitar kehidupan binatang, bisa juga mahluk yang dianggap lebih
rendah posisinya dalam pandangan manusia)
· “Lihatlah,
perhatikanlah apa yang diucapkan (isi ucapan), jangan melihat siapa yang
mengucapkan” (kebenaran itu bisa datang dari sumber yang sangat beragam, bukan
dari mulut manusia tertentu saja yang dianggap sebagai pakar).
6.4 Kewajiban Belajar
Sepanjang Hayat
Kewajiban mencari ilmu tidak mengenal
pembatasan waktu. Selama manusia muslim dan muslimat masih (dinyatakan) hidup,
kewajiban aini mencari ilmu itu masih tetap menempel. sesungguhnya, kewajiban
belajar sepanjang hayat sangat terkait dengan masalah membangun kesadaran
semangat dan kebutuhan belajar, karena hal itu bagian dari kewajiban hidup
manusia (muslim). Semangat menjadi kata kunci sebuah kondisi kegiatan agar
tetap berjalan, bisa dwam. Itulah yang disukai oleh Allah swt, sesuatu yang
dawam, terus menerus, sinambung dalam semangat melakukan kebaikan.
Pendidikan sepanjang hayat adalah konsep belajar tanpa
terminal. Mungkin dalam proses pembelajarannya ada shelter yang menjadi tempat
pemberhentian sesaat. Shelter-shelter itu bukan tujuan. Terminal yang
menyebabkan kegiatan pembelajaran terhenti bukan sifat program belajar
sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat ada dalam konteks belajar dari segala
kondisi dan lingkungan.
6.5 Konsep Hidayah
Dalam Dinul Islam pengertian hidayah
adalah petunjuk yang datang dari Allah. Seperti telah diuraikan, hidayah adalah
nikmat yang dianugerahkan oleh Allah hanya kepada ma-nusia tertentu. Hidayah
yang sesungguhnya telah ada dalam bentuk nyata, berupa kitab suci yang disebut
Al-Quran. Allah telah menjamin bahwa Allah memelihara Al-Quran sepanjang masa.
Oleh karena itu, kondisi Al-Quran setelah diolah tampilannya oleh manusia,
tetap disertai tulisan aslinya, tulisan berbahasa Arab.
Komentar
Posting Komentar